Selasa, 10 Januari 2012

TAHUN BARU

Seekor lalat bersama keluargannya memutuskan untuk pindah ke dalam telinga seekor gajah.
“Tuan Gajah, kami sekeluarga bermaksud ingin pindah ke telingamu. Tolong dipertimbangkan apakah kami bisa pindah atau tidak ? Kami harap minggu depan sudah dapat  kami terima kabarnya.”  tutur lalat.


Gajah yang bahkan tidak sabar  akan kehadiran lalat hanya bersikap tenang-tenag saja, hingga setelah menunggu selama satu minggu, lalat pun masuk ke telinga gajah, karena yakin bahwa si gajah pasti tidak keberatan.


Sebulan kemudian ibu lalat berpendapat, telinga gajah bukan tempat sehat untuk hidup dan mendesak suaminya untuk keluar.  Suami lalat meminta kepadanya untuk tetap tinggal sekurangnya satu bulan, sebab ia tidak ingin menyinggu perasaan gajah. Akan tetapi istri lalat terus memaksa. Akhirnya iya mengatakan dengan sangat hati-hati,” Tuan gajah, kami bermaksud pindah ke tempat lain. Ini tentu saja bukan karena Anda, sebab telinga anda itu luas dan hangat. Ini karena Istriku lebih senang hidup bertetangga dengan temannya di kaki Kerbau. Kalau Anda keberatan kami pergi, beritahukanlah dalam satu minggu ini.”
Sang gajah kembali tidak berkata apa-apa, maka lalat-pun pindah rumah dengan senang hati.



 
                                                     

Perpindahan dari Tahun ke tahun, tetapi alam tampaknya tidak mengubris proses perpindahan tersebut. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan dan tahun terus berputar, alam seakan seperti gajah dalam ilustrasi di atas seakan-akan tidak tahu dan tidak mau tahu. 


Manusia yang terkadang berubah-ubah dalam merespon dalam pergantian tahun. Ada yang penuh sujud syukur ketika memasuki detik-detik pergantian tahun, ada yang penuh sorak-sorai dan pesta, ada pula yang terlelap dalam buaian kenikmatan semu mumpung malam tahun baru. Di lain pihak, begitu banyak orang yang duduk  dalam keheningan untuk melihat dengan jernih seraya mengharap bimbingan Yang Maha Kuasa dalam memasuki tahun depan.


Fenomena yang terjadi, ketika memasuki perpindahan tahun, terompet siap untuk ditiup dengan sorak sorai dan gemuruh. Selang beberapa jam kemudian, sampah-sampah hasil pesta malam tahun baru yang berserakan tampak di belantara lapangan dan jalan-jalan. Bukankah ini menunjukan bahwa peristiwa pergantian tahun hanya merupakan fenomena sesaat yang memberikan kenikmatan dalam hitungan menit. Itulah sebabnya orang secara tidak sadar telah menghamburkan sekian banyak uang untuk menikmati perpindahan tahun tersebut.


Fenomena lain ketika pergantian tahun, ada begitu banyak manusia yang perutnya tertiup terompet karena kelaparan dalam kemiskinan dan kepapaan. Ketika yang berpesta terlelap, yang miskin mulai mengais-ngais kenikmatan malam tahun baru. Merupakan Fenomena yang kontradiktif dalam suasana Indonesia yang sedang membangun saat ini. Apalagi penelitian dari Human Development Report, Indeks Pengembangan SDM Indonesia di dunia menempati Urutan yang semakin menurun yaitu ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).


Itulah sebabnya, bukan Tahun barunya yang penting, tetapi bagaimana setiap manusia mulai menata ulang sikap mentalnya untuk memasuki tahun baru. Bahkan, setiap akan orang mampu merayakan Tahun Baru kapan pun dengan ungkapan syukur karena iya berhasil mengubah cara berpikir, sikap, dan tingkah lakunya dalam bergaul dengan orang lain.


Tahun Baru   memiliki cara pandang yang baru dan suci dalam upaya dan usaha memperoleh barang-barang baru. Tahun Baru juga berarti mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih jenjang karier yang baru.


Tahun baru juga bermakna menemukan jati diri yang sesungguhnya tentang makna kehidupan dan arti hidup. Mereka yang sudah menemukan makna tahun baru yang sesungguhnya akan melihat cakrawala yang berbeda tentang jabatan, harta, maupun pengakuan orang lain. Mereka melihat orang lain sebagai mitra untuk berbagi dari apa yang di miliki dan melihat rekan lain sebagai teman yang perlu didukung untuk membantu memperoleh apa yang mereka dambakan.


Bagi skala perusahaan, perpindahan tahun bukan merupakan fenomena yang penting. Namun, bagaimana sikap masing-masing insan perusahaan yang paling penting dalam rangka memajukan perusahaan. Tahun Baru berarti titik penting untuk menapaki komitmen membangun perusahaan dengan konsisten. Tahun Baru bisa berarti titik munculnya kesadaran diri untuk membasmi “tikus-tikus” dalam diri yang mungkin dalam tahun-tahun silam tanpa disadari telah menggerogoti perusahaan. Perusahaan saat ini membutuhkan cara pandang baru  seluruh pegawai dan pejabat dalam mewujutkan visi dan misi perusahaan. Bahkan, dapat dikatakan bahwa setiap pergantian tahun perusahaan membutuhkan orang-orang dengan kompetisi baru, moralitas yang baru dalam kejernihan hati untuk membangun perusahaan melalui keunggulan kompetisi yang dimiliki.

Demikian bunyi suatu kutipan yang  menjadi renungan saya pribadi.
Salam teramat hangat  dari saya untuk anda semua.

By : Suparjan T. Uring.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar